Yuli sepakat dengan Dwi. Menurut arsitek dan perancang interior dari Arbor & Troy, Kemang, Jakarta Selatan, ini, pencahayaan yang baik akan menunjukkan karakter sebuah tempat, obyek (untuk dinikmati), dan pesan dari si empunya. Bahkan, untuk sebuah retail (pusat belanja), pencahayaan bisa menjadi nilai jual tersendiri. "Ia menjadi salah satu daya tarik bagi konsumen," kata Yuli. Teknik pencahayaan, menurut Yuli, disesuaikan dengan fungsi dan obyeknya. Untuk rumah tinggal, tentu berbeda dengan kantor, sekolah, atau retail (mal, kafe, atau pasar swalayan).
Untuk rumah tinggal, pencahayaannya lebih fleksibel. Dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter pemilik rumah. Biasanya juga bergantung pada selera dan gaya si penghuni. Pencahayaan pun terbagi dalam dua model, yakni cahaya rumah dan cahaya ruang. Model cahaya rumah adalah sistem pencahayaan di seluruh ruang yang merupakan satu kesatuan, terprogram secara permanen, dan tidak dapat dipindahkan. Misalnya sistem downlight, accent lighting, dan task lighting.
Sementara itu, model cahaya ruang lebih praktis dan fleksibel. Dapat dipindah-pindah dan berganti lokasi penempatannya. Dengan model ini, penghuni bisa menciptakan suasana ruang, menambah keintiman saat beraktivitas, serta mampu mengangkat mood. Yang termasuk model ini adalah lampu meja, standing lamp, lampu dinding, dan lampu lantai.
Pencahayaan untuk gedung perkantoran atau ruang kantor sedikit lebih rumit. Harus dirancang sedemikian rupa sehingga menghadirkan sebuah kinerja ruang, kenyamanan, dan suasana kerja yang baik. "Sehingga bisa meningkatkan produktivitas pegawainya," kata Yuli.
Yang tak kalah rumit adalah pencahayaan untuk retail. Sistem pencahayaan yang dibuat harus bisa menciptakan efek emosional bagi produk-produk yang dipajang untuk pengunjung. Pencahayaan juga menciptakan ruangan yang cocok dengan karakter produk yang dijual. Pencahayaan ini harus bisa menghadirkan sebuah kenyamanan sehingga pengunjung betah berlama-lama. Sampai pada akhirnya pengunjung memutuskan untuk membeli. Bahkan tidak jarang dengan pencahayaan yang baik mampu mempertahankan pembeli sampai menjadi pelanggan setia.
Dalam buku terbarunya, Jakarta Furnishing Guide, Yuli memaparkan tiga tipe retail yang membutuhkan pencahayaan khusus. Pertama, yakni functional shopping atau tempat berbelanja berbagai kebutuhan pokok. Yang kedua, inspirational shopping atau tempat berbelanja berbagai kebutuhan kesenangan pribadi, seperti mal dan pusat belanja.
Tipe ketiga adalah social shopping, yang merupakan tempat tujuan belanja baru yang saat ini sedang menjadi tren. Contohnya kafe, toko buku, atau butik pakaian. Di tempat ini, membeli bukan tujuan utama. Para pengunjung datang lebih untuk bersosialisasi.