Cari di Blog Ini

Rabu, 31 Oktober 2012

Bendungan Way Rarem

Bendungan Way Rarem Lampung Utara
Bendungan Way Rarem berlokasi di Desa Pekurun Kecamatan Abung Barat atau 36 km dari Kotabumi, atau 113 km dari Bandar Lampung. Objek wisata Way Rarem memiliki luas 49,2 ha, tinggi bendungan 59 m dan kedalaman air 32 km, luas genangan 1200 ha.

Bendungan Way Rarem, obyek wisata di Lampung Utara. Peningkatan kebutuhan air untuk berbagai sektor pembangunan cenderung meningkat di masa mendatang. Salah satu upaya dalam pengelolaan sumber daya air adalah dengan pembangunan waduk yang berfungsi untuk menampung kelebihan air di musim hujan yang dapat dimanfaatkan pada saat kekurangan air di musim kemarau. Dalam tesis ini akan dikaji pola operasi waduk dengan menggunakan teknik optimasi. Bendungan Way Rarem. Program Dinamik Deterministik merupakan salah satu teknik optimasi yang digunakan dalam kajian operasi waduk dengan menetapkan batasan atau kurva pengatur sebagai batas operasional waduk berdasarkan tinjauan kondisi kritis musim dalam tahun air yaitu tahun basah, tahun normal dan tahun kering. Dalam tesis ini akan ditinjau studi kasus pada Bendungan Way Rarem yang berfungsi melayani irigasi yang berada di Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Hasil analisis dari penelitian menunjukkan pola operasi waduk yang optimal untuk fungsi tujuan meminimumkan kekurangan air dengan melihat hubungan antara elevasi dan bulan dalam siklus satu tahunan yang dapat dilihat pada kurva pengatur bulanan. Sedangkan kehandalan volume tampungan dan kehandalan waktu pelayanan cukup baik dalam memenuhi kebutuhan irigasi untuk siklus satu tahunan.
Di samping untuk objek wisata, Bendungan Way Rarem juga berfungsi sebagai irigasi yang dapat mengairi seluas 22.000 ha, untuk Kecamatan Abung Timur, Tulang Bawah Tengah, Tulang Bawang Udik, dan Kotabumi. Terdapat beberapa spesies ikan hias air tawar seperti Ikan Sumatera, dan lain-lain. Lingkungan alam dan suasana perkampungan merupakan ciri khas lokasi ini.

Terletak di desa Pekurun Kecamatan Abumg Barat dengan jarak tempuh :
  • Dari Ibukota Kecamatan (Ogan Lima) : 20 Km
  • Dari Ibukota Kabupaten (Kotabuni) : 16 Km
  • Dari Ibukota Propinsi (Bandar Lampung) : 113 Km
Obyek Wisata Bendungan Way Rarem memiliki luas : 49,20 ha, luas genangan air : 1.200 ha, tinggi bendungan : 59 m, kedalaman air 32 m. Disamping untuk Obyek Wisata, Bendungan Way Rarem juga berfungsi sebagai irigasi yang dapat mengairi sawah seluas : 22.000 ha, untuk Kecamatan Abung Timur, Tulang Bawang Tengah, Tulang Bawang Udik, Kotabumi.

Selasa, 30 Oktober 2012

Manufaktur Dalam Pandangan Ekonomi Baru

Manufaktur
Manufaktur Dalam Pandangan Ekonomi Baru

Millenium baru telah membuat sebuah pola ekonomi baru (new economy) menjadi sebuah wacana yang perlu menjadi perhatian. Kita sadar bahwa perekonomian saat ini telah melalui beberapa model peradaban. Dimulai dari era pertanian 1750-an (agriculture), kemudian era industri 1960-an (industrial). Lalu apa yang terjadi pada saat ini? Era informasi merupakan gelombang peradaban baru yang perlu kita ketahui, yang akan merubah semua paradigma peradaban lama, serta membuka kesempatan menjadi semakin transparan dan kian kompetitf. Industri manufaktur (baca: pabrik produksi) adalah salah satu yang juga akan memberi dampak pada ekonomi baru tersebut.

Mengapa industri manufaktur? Karena di industri ini bila kita perhatikan pada tingkatan tenaga kerja permanen memiliki level gaji yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan industri lainnya seperti jasa maupun perdagangan. Lebih dari itu industri ini terkenal juga dengan tunjangan (fringe benefits) yang sangat kompetitif bagi para karyawannya. Ada alasan yang sangat kuat mengapa industri manufaktur seperti demikian. Antara lain adalah tenaga kerja yang lebih produktif dibandingkan industri lainnya, seiring dengan investasi besar atas pembiayaan dan perawatan peralatan. Pengelolaan modal untuk memaksimalkan produksi dan efisiensi atas pemenuhan kompetensi tenaga kerja dan peralatan / teknologi yang canggih menjadikan industri ini sangat kompetitif dalam hal memenuhi kesejahteraan karyawannya.

Namun ada kecenderungan menurut survey belakangan ini mulai terjadi penurunan tenaga kerja langsung (direct employee), khususnya terhadap tenaga kerja dengan ketrampilan sedang (semi-skill worker) dan less-skill worker. Pekerjaan tersebut tidaklah menjadi berkurang, karena semakin dibutuhkannya tenaga kerja yang semakin ahli dan terikat oleh perusahaan, yang pada dasarnya perusahaan lebih fokuskan diri pada bisnis inti (core bussines). Investasi dititik beratkan terhadap teknologi/peralatan yang kian berkembang guna produktifitas yang maksimum. Intinya, industri manufakturpun segera mengalami proses yang akan berubah. Efisiensi tenaga kerja dan peralatan yang semakin canggih adalah salah satunya.

Tenaga kerja yang kian terbatas menjadikan pekerjaan tersebut membutuhkan tenaga kerja yang semakin ahli dengan penguasaan alat yang lebih lengkap atau menyeluruh. Mereka bisa saja dituntut untuk dapat menjalankan satu departemen, dan mengetahui apa saja, serta mengelola proses pabrik secara menyeluruh. Oleh sebab itu industri manufaktur akan ikut berperan dalam ekonomi baru (new economy).

Menjadi manufaktur baru yang berbasis komputer untuk mendisain, melakukan pengembangan, memproduksi dan mendiagnosa, serta memperbaiki jalannya proses. Komputer membuat fungsi produksi, desain, inventory control, dan monitoring menjadi terintegrasi melalui satu kendali, bahkan menggunakan data yang sama untuk menjalankan suatu kegiatan proses. Singkatnya, manufaktur seperti satu rangkaian elektronik yang dapat mengontrol seluruh jalannya proses dan dapat meningkatkan produktifitas sesuai kebutuhan perusahaan. Perusahaan manufaktur baru akan menginvestasikan lebih banyak kepada peralatan dan teknologi. Paradigma bahwa keahlian dalam menggunakan komputer hanya akan berlaku pada jabatan-jabatan tertentu, dan perusahaan tertentu sudah saatnyalah berubah. Selamat datang tahun baru, selamat memasuki era ekonomi baru.

Senin, 29 Oktober 2012

Dibalik Kesulitan Selalu Ada Kemudahan

Kepompong
Dibalik Kesulitan Selalu Ada Kemudahan

Alkisah, suatu hari akibat perjalanan yang panjang, seseorang yang kelelahan menghentikan langkahnya untuk beristirahat, duduk dibawah pohon yang rindang untuk melepas penatnya dan mengusir gerahnya udara, hembusan angin yang pelan membuat hampir saja ia tertidur. Tetapi sebelum tertidur matanya menatap pemandangan aneh. Dari pandanganya ia melihat sesuatu yang menempel pada ranting pohon, bergerak-gerak dalam tempo yang cukup lama. Tanpa disadari ia bangkit dan menggerakan kakinya untuk mendekat agar dapat mengamati lebih jelas lagi.

Ternyata benda yang menarik perhatiannya itu adalah sebuah kepompong yang sedang dalam proses metamorfosis akhir, proses yang akan mengubahnya dari seekor ulat menjadi seekor kupu-kupu. Pergerakan yang cukup lama, tiba-tiba kepompong itu berhenti, padahal anggota badannya baru sedikit yang keluar dari lubang kecil tersebut. Ia menunggu dengan harapan mudah-mudahan kepompong itu bergerak lagi. Tapi setelah cukup lama menunggu, kepompong itu tetap diam. ” Mungkin janin kupu-kupu yang ada di dalam kepompong itu sedang kelelahan,” fikirnya.

Terdorong oleh rasa kasihan pada binatang kecil itu, ia tergerak untuk memberikan pertolongan. Kebetulan orang tersebut membawa gunting kecil. Sambil mengucap Bismillah , dengan gunting kecil itu ia membedah lubang kecil pada kepompong itu. Setelah lubang diperbesar, dengan sangat mudahnya seekor kupu-kupu berhasil keluar dari kepompong yang telah berhari-hari membungkus tubuhnya. Ia berharap sebentar kemudian kupu-kupu itu akan segera terbang menari-nari di antara bunga-bunga.

Lama ia menunggu, tapi kupu-kupu itu tak kunjung terbang. Jangankan untuk terbang, menggerakkan tubuhnya saja sudah kesulitan. Mengapa demikian? Orang tersebut memang telah berhasil mengeluarkan sang kupu dengan sebuah ’operasi caesar’, tapi ia tak tahu bahwa proses kelahiran yang dilakukannya tergolong ’premateur’. Bayi kupu-kupu itu lahir terlalu cepat dari yang seharusnya. Badannya masih terlalu gemuk, perutnya masih terlalu besar, sedangkan sayapsayapnya masih berkerut, belum mengembang. Sayapnya masih terlalu lemah untuk dapat menerbangkan badannya yang besar.

Dalam proses kelahiran yang alamiah, lubang untuk keluarnya memang kecil saja.Ukuran itu sudah sesuai dengan hasil rancangan Sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan lubang kecil itu, janin yang masih dalam kepompong itu harus berjuang untuk bisa keluar. Untuk itu ia harus bergerak dan terus bergerak, sehingga seluruh tenaganya dikerahkan dan otot-ototnya dikencangkan. Melalui proses alamiah seperti itu, maka lahirlah kupu-kupu yang langsing, cakap dan bersayap indah. Tak lama setelah keluar dari kepompongnya, kupu kupu tersebut langsung dapat terbang, mengepakkan sayapnya hinggap dari daun ke daun, menghisap bunga dan terbang secara merdeka.

Niat dan proses

Setidak-tidaknya ada dua pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa ini.

Pertama, bahwa niat baik saja masih belum cukup. Niat untuk memberi pertolongan itu memang suatu kebaikan tapi tanpa disertai dengan ilmu. Niat baik itu bahkan sering mencelakakan, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Alangkah banyaknya orang yang berusaha menolong, tapi justru menjadi korban. Itulah sebabnya, niat baik itu haruslah disertai dengan ilmu. Dengan ilmu, niat baik itu akan bernilai berlipa ganda. Tanpa ilmu, niat baik itu sering justru merugikan.

Kedua, bahwa segala sesuatu itu terjadi melaui proses, tidak ada yang tiba-tiba. Sebagai manusia, setelah lahir tidak bisa langsung berlari. Semasa bayi kita belajar merangkak, jatuh bangun, akhirnya bisa berdiri, kemudian mulai menggerakkan kaki selangkah demi selangkah, baru kemudian bisa berjalan. Setelah bertahun-tahun kemudian, barulah kita bisa berlari. Semuanya itu harus dicapai dengan melakukan usaha yang keras. Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian, begitulah kata pepatah. Untuk meraih sebuah keberhasilan, harus didahului dengan jerih payah yang cukup. Dalam Al-Qur’an, hal ini digambarkan oleh Allah dalam surat Al Insyirah ayat 6 dan 7 :
"Sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan, dan sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan".

Begitu besar makna ayat ini, sehingga Allah perlu mengulangnya dua kali. Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk tidak berputus asa manakala menghadapi kesukaran dalam hidup. Kita harus berusaha semaksimal mungkin mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan yang dihadapi, dengan keyakinan akan datang kemudahan di satu saat nanti. Bahkan datangnya kegagalan pun, tak patut membuat kita surut. Lebih selamat jika kita ber prasangka baik (ber-khusnuzhan) dalam menerima seberapapun besar kesukaran yang kita hadapi.

Bukankah manusia terlalu bodoh untuk mengetahui apa yang akan dan sebenarnya terjadi di balik sebuah kesukaran ? Allah SWT telah berfirman didalam surah An-Nisa ayat 19 :
"Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah), karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak".

Hikayat tentang kisah seekor burung bersama sapi dan kucing, cukup memberikan gambaran tentang hal ini. Dikisahkan seekor burung sedang terbang terhantam oleh butiran-butiran salju, terhempaslah si burung yang sudah kelelahan itu ke permukaan salju yang dingin, sementara badannya mulai tertimbun salju sedikit demi sedikit, akibat dingin si burung tak lagi mampu menggerak-gerakan sayapnya untuk terbang kembali.

Disaat itu melintas seekor sapi yang tiba-tiba mengeluarkan kotorannya tepat mengenai tubuh si burung yang malang. Kotoran yang menyebarkan bau busuk membuat si burung merasa jengkel dan marah dan si sapipun terus berjalan tanpa merasa bersalah.

Diluar dugaan si burung, kotoran sapi yang menimpanya justru menebar kehangatan yang sedikit demi sedikit mengaliri sekujur tubuhnya, maka hilanglah kedinginannya, kekuatan pun berangsur pulih kembali. Kotoran sapi yang bau ternyata menjadi penyelamat jiwa sang burung.

Sesaat kemudian, terlihat seekor kucing datang mengendap-endap. Sang burung merasa ajalnya sudah dekat, karena ia tak memiliki kesempatan untuk bisa terbang menyelamatkan diri dari terkaman kucing.

Setelah kucing mendekat, ia menjilat-jilatkan lidahnya ke sekujur badan burung yang masih kotor tertimpa kotoran sapi. Melihat tingkah kucing yang lembut itu, tenanglah hati si burung. Dikiranya kucing itu memang berniat membantu membersihkan bulunya dari kotoran. Lantaran nyaman, siburung justru tertidur. Namun yang terjadi kemudian, setelah badan si burung bersih, si kucing segera menerkam leher burung yang sedang tertidur. Dengan sekali terkam saja, matilah burung tadi terkoyak taring kucing yang tajam.

Ternyata, sebuah peristiwa menyenangkan bagi burung yang merasa dibelai dan disayang, hanyalah sebuah awal dari datangnya sebuah bencana besar. Si burung telah tertipu jilatan dan belaian yang melenakan. Ia terlena kenikmatan sesaat yang menipu dan membuatnya binasa.

Lewat perumpamaan ini, manusia diperintah untuk dapat berfikir positif pada kesulitan yang ia hadapi. Satu kesulitan dan keburukan, belum tentu mendatangkan kerugian. Harus dihadapi dengan terus berupaya bekerja keras untuk bisa keluar dari belitan kesukaran, berbekal sebuah keyakinan, bahwa di balik kesusahan itu ada kemudahan yang dijanjikan Allah SWT.

Minggu, 28 Oktober 2012

Ilmu Dan Iman

Ilmu Dan Iman

Beberapa tahun terakhir ini kita banyak belajar dari kejadian-kejadian yang mengejutkan. Banyak sekali orang pintar dan terpelajar melakukan kebodohan. Pemegang gelar sarjana hukum, magister hukum bahkan doktor ilmu hukum, terlibat jual-beli perkara. Dokter medis menggugurkan janin, profesor korupsi, insinyur nyedot minyak dilaut untuk dijual keluar negeri, akuntan menjual tanda-tangan untuk menyetujui kecurangan keuangan, buruh korupsi tidak disiplin dengan waktu, datang terlambat, tidak menjalankan tugas dengan semestinya, dan sebagainya yang masih banyak lagi. Bahkan ada sebagian yang membenarkan hal tersebut dengan justifikasi bahwa mereka semua adalah manusia dho’if, lemah dan sering lupa. Gejala dunia seperti apakah ini? Namun jika gejala / symphtom ini makin merebak, namanya menjadi sebuah permasalahan / problem.

Salah satu hasil analisis adalah bahwa lembaga perguruan (dasar/menengah/tinggi) ternyata hanya dapat menelurkan orang yang terpelajar dan pintar (intelek), yaitu membekali seseorang dengan pengetahuan, mengubah orang yang tidak tahu mejadi tahu, orang bodoh menjadi pintar tetapi tidak menelurkan orang yang mampu mengubah yang buruk menjadi yang baik, yang boros menjadi hemat, yang bermental bobrok menjadi beriman.

Jika kita bandingkan dengan uswatun hasanah, Nabi kita Muhammad S.A.W yang telah menjadi suri tauladan, mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang beradab, menerapkan aturan permainan Islam / syariah dalam bidang ekonomi, politik, menjalankan kehidupan sosial budaya, pertahanan dan keamanan, maka untuk sementara kita artikan bahwa terpelajar adalah mengubah otak, sementara terdidik adalah mengubah mental atau hati seseorang.

Sebagai informasi bahwa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan akan manusia yang terdidik maka negara-negara maju pada dekade millenium ini telah bergeser pemikiran untuk mengubah kurikulumnya dengan memasukkan beberapa mata pelajaran listening skill, speaking skill, pleasant personalities. Kondisi dilapangan telah menunjukkan bahwa telah banyak manusia terpelajar tetapi tidak dapat mendengarkan secara empati keluhan si miskin, si fakir dan manusia yang tertindas, sehingga diperlukan manusia yang memiliki kemampuan mendengarkan (listening skill).

Banyak manusia terpelajar tetapi tidak memiliki kemampuan untuk berbicara tentang kondisi kebobrokan dan keadilan, oleh karenanya diperlukan manusia yang memiliki kemampuan berbicara (speaking skill) untuk menyuarakan adanya perihal tersebut. Banyak manusia terpelajar tetapi tidak memiliki personality (kepribadian) yang menyenangkan, berbicara menyakitkan hati orang lain, menyinggung perasaan orang lain, meremehkan kemampuan orang lain, tidak memiliki empati dan sensitif terhadap derita orang lain, sehingga dibutuhkan orang yang mampu dan memiliki kepribadian yang unggul untuk dapat dapat berempati dan sensitif terhadap orang lain.

Firman Allah, bahwa akan ditingkatkan derajat orang yang beriman dan berilmu satu derajat dari yang lain adalah merupakan bukti dan gambaran bahwa keduanya adalah satu hal yang tak dapat dipisahkan keberdayaannya. Iman tanpa ilmu berarti taqlid / ikut-ikutan / tanpa dasar. Sebaliknya ilmu tanpa iman akan menjadi tanpa arah positip bak pohon berduri yang rimbun tanpa buah yang hanya mencelakakan orang.

Untuk itu marilah berupaya agar kita senantiasa menjadi kelompok orang yang terpelajar dan terdidik, kelompok orang yang berilmu dan beriman, kelompok orang yang dapat mensinergikan keduanya dalam kehidupan kita. Dengan demikian kita menjadi golongan orang yang berguna bagi orang / golongan / masyarakat / makhluk lain.

Jumat, 26 Oktober 2012

Etika Berbicara

Etika Berbicara

Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan adiluhung. Penduduknya ramah tamah, sopan santun, tutur katanya halus dan terbuka pada pendatang. Suku Jawa misalnya, memiliki tingkatan bahasa pergaulan baik lisan maupun tulisan. Ada Jawa ngoko, kromo dan kromo inggil. Masing-masing dipergunakan pada waktu dan tempat yang berbeda. Kepada orang tua kita harus memakai bahasa kromo inggil, kepada yang lebih muda kita boleh bicara ngoko. Hal ini menunjukkan sejak dulu bahasa memiliki kedudukan yang tinggi dalam pergaulan. Warisan nenek moyang kita ini harus kita jaga dan kita lestarikan. Sebab, didalamnya mengandung ajaran yang sarat dengan budi pekerti.

Saat ini pelajaran budi pekerti sepertinya kembali digalakkan oleh pemerintah karena manfaatnya sangat besar dalam mendidik anak didik memiliki pribadi yang berkualitas. Merosotnya moral di kalangan generasi muda sekarang ini salah satu penyebabnya adalah dangkalnya pemahaman akan budi pekerti.

Kita harus menjaga lisan kita untuk senantiasa bicara yang benar dan penuh hikmah. Tetapi kebenaran dan hikmah itu hanya akan sampai pada para pendengar manakala kita sampaikan dengan tutur kata yang halus dan sopan. Kata-kata yang diucapkan dengan kasar walaupun benar akan menyakitkan hati. Tiada kebenaran dalam kekasaran, sebab yang kasar itu biasanya tidak mujarab sebagai hikmah. Benar tetapi menyakitkan hati seperti air minum yang diberikan dengan bentakan.

Bertutur kata halus dan sopan tidak semua orang bisa, ini termasuk bekal menjadi manusia yang utama. Seorang biasanya sejak awal dapat diduga akan berhasil atau gagal dalam hidupnya dari tutur katanya. Orang yang terbiasa bertutur kata halus dan sopan akan terbiasa pula untuk menghadapi setiap persoalan dengan penuh ketenangan dan kesabaran.

Sebab, di dalam tutur kata yang halus dan sopan itu mengandung pelajaran tingkah laku yang benar dan baik. Kedengarannya tidak masuk akal. Tetapi marilah kita renungkan sejenak dengan hati yang jernih dan pikiran yang cerdas. Bertutur kata yang halus dan sopan itu bukan perkara mudah, khususnya bagi orang yang sejak kecil tidak memiliki budaya yang adiluhung. Bagi kita, bertutur kata yang halus dan sopan itu mudah karena sejak kecil kita sudah dibiasakan untuk berbicara seperti itu. Tetapi bagi orang lain, memerlukan latihan dan praktik yang tidak sekali jadi. Karena itu begitu berhasil, otomatis tingkah lakunya akan berubah mengikuti langgam tutur katanya yang baru itu.

Kenapa kita harus bertutur kata yang halus dan sopan? Kalau kita kaji lebih mendalam di balik ucapan yang kita keluarkan dari mulut kita, mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. Kalau bahasa menunjukkan bangsa, maka kata-kata menunjukkan pribadi kita. Seseorang akan sulit mengelak dari dirinya sendiri pada saat ia berbicara. Kata-kata yang keluar secara spontanitas akan membuka siapa diri kita sebenarnya. Berkualitaskah atau kita cuma orang yang tidak punya ilmu sama sekali ?

Kata-kata yang halus dan sopan memiliki pengaruh lebih besar daripada kata-kata yang kasar dan serampangan. Lebih mudah menggaet orang lain menuruti kemauan kita dengan kehalusan kata daripada kita paksa dengan kasar dan tidak sopan. Sebab, manusia adalah makhluk berperasaan, kalau kita dapat menyentuh perasaannya maka manusia akan mematuhi apa saja yang kita perintahkan. Sebaliknya jika dikasari, mungkin awalnya menurut, tetapi lama-kelamaan ia akan berontak. Apapun yang bertentangan dengan hati pasti tidak akan langgeng. Tutur kata yang halus dan sopan harus dimiliki semua orang, bukan hanya untuk kaum wanita saja.

Ada kisah yang cukup menarik yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Ada seorang sekretaris wanita yang cantik, lincah dan energik. Siapapun pasti suka kepadanya, disamping cantik, otaknya cerdas. Tugas-tugasnya selalu dapat diselesaikan dengan baik. Sayang ada satu cacatnya, ia judes dan kasar.

Suatu hari ada tamu penting dating menemui bosnya. Tamu tersebut bertanya kepadanya, apakah bosnya ada. Ia menjawab ada tetapi tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer di depan matanya. Rupanya tamu tadi kurang mendengar sehingga bertanya lagi. Mungkin saking jengkelnya karena merasa terganggu dijawab dengan kasar, “Ada. Silahkan masuk!”.

Beberapa saat kemudian ia dipanggil bosnya. Di depan tamu tadi ia dimarahi habis-habisan dan disuruh minta maaf. Dengan ketakutan ia menyalami tamu yang ternyata seorang mitra bisnis bosnya. Ia minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya kembali. Namun dirinya sudah cacat, meskipun bosnya nampaknya memaafkan dirinya, tetapi ia merasa bosnya sudah berubah kepadanya.

Tutur kata yang halus dan sopan merupakan pintu pembuka dalam bergaul dengan orang lain. Orang akan menaruh simpati pada diri kita jika kita senantiasa dapat mengendalikan ucapan kita. Tutur kata yang halus dan sopan akan membuat diri kita disenangi baik kawan maupun atasan. Tugas-tugas akan menjadi lancer dikerjakan jika kita selalu berkomunikasi menggunakan kata-kata yang berkualitas yang diucapkan dengan halus dan sopan.

Kamis, 25 Oktober 2012

Jika Seorang Bintang Mengambil Keputusan

Jika Seorang Bintang Mengambil Keputusan

Pada awal dasawarsa 1970an, pada saat memuncaknya protes dari para mahasiswa hampir di seluruh dunia untuk menentang Perang Vietnam, seorang wanita yang bekerja sebagai pustakawan pada sebuah kantor US. Information Agency di luar negeri menerima kabar buruk bahwa sekelompok mahasiswa mengancam akan membakar perpustakaan yang dikelolanya. Wanita itu beruntung karena memiliki beberapa teman dari aktifis mahasiswa yang menyampaikan ancamannya itu.

Semula tindakan yang diambilnya mungkin dianggap aneh. Si Pustakawan mengundang kelompok mahasiswa itu mengggunakan fasilitas perpustakaan untuk digunakan sebagai sarana beberapa pertemuan mereka. Tapi selain itu, ia juga menghubungi beberapa warga Amerika yang tinggal di negeri itu untuk bisa hadir di tempat itu dan mendengarkan pertemuan yang dilakukan oleh para aktifis tersebut. Timbulnya konfrontasi yang sudah dibayangkan banyak orang bakal terjadi pada pertemuan di perpustakaan itu ternyata tidak ada sama sekali. Justru dialog yang terbuka malah terjadi di antara mereka.

Dengan memanfaatkan hubungan pribadinya dengan beberapa tokoh aktifis mahasiswa yang dikenalnya dapat dipercaya dan juga bisa mempercayai dirinya, wanita pengelola perpustakaan tersebut berhasil melakukan semua itu. Dialog yang terjadi telah berhasil membuka saluran-saluran yang semula tersumbat. Sumbatan yang menimbulkan saling curiga. Proses dialog yang akhirnya membuat mereka yang hadir pada pertemuan di perpustakaan tersebut bisa saling memahami. Hal ini membuat rasa kebersamaan dan keakraban antara beberapa pihak dengan para aktifis mahasiswa. Dan perpustakaan itu pun selamat.

Wanita tadi berhasil memperagakan keahlian seorang penghubung, negosiator, penengah dan sekaligus agen perdamaian. Ia mampu membaca situasi yang mendadak berubah dan ketegangan yang makin memuncak dan berusaha menyatukan perbedaan yang tiba-tiba muncul ke permukaan. Tempatnya bekerja itu terhindar dari aksi pengrusakan seperti yang dialami oleh kantor-kantor perwakilan Amerika lainnya yang ditangani oleh orang-orang yang kurang terampil dalam menangani hubungan antar manusia.

Oleh Prof. David McClelland, sang Pustakawan tadi di-identifikasikan sebagai "super bintang" yang merupakan hasil penyaringan yang dilakukan oleh team yang dipimpin oleh si Profesor. Hasil penyaringan itu menghasilkan sebuah makalah yang membuat lahirnya revolusi dalam pola fikir tentang pangkal keberhasilan.

Pada awal abad ke-20, Frederick Taylor yang kemudian diikuti oleh banyak ahli, membahas secara mendetail dunia kerja. Melakukan analisa pada gerakan secara mekanis paling efisien tentang apa saja yang dapat dilakukan oleh tubuh seorang pekerja. Konsekwensinya, kerja manusia disamakan dengan mesin. Tidak lama kemudian paham Taylorisme digantikan oleh standard baru untuk melakukan test IQ. Keunggulan seorang pekerja dinilai dari kemampuan otaknya. Hal itu tidak lama berlangsung saat pemikiran Freud mulai mempengaruhi bahwa selain IQ, ternyata kualitas kepribadian dianggap menjadi unsur yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan. Anda mungkin sering mendapati bahwa orang-orang yang tidak memiliki latar-belakang akademis yang bagus ternyata sering masuk dalam golongan orang-orang yang memiliki standard sukses. Cara memandang permasalahan dan daya juang seseorang lebih banyak ditentukan oleh kepribadian dan kebiasaan yang dijalaninya. Bukan pada teori-teori yang didapat dari buku.

Selasa, 23 Oktober 2012

Incentive Strategi Kedermawanan Korporat

Incentive Strategi Kedermawanan Korporat

Banyak usaha yang dilakukan oleh sebuah perusahaan guna menjaga kelangsungan bisnisnya. Dari mulai penerapan strategi manajemen yang lebih kompetitif, quality improvement, penggunaan teknologi yang modern, bisnis proses yang lebih pendek, dan berdaya guna. Namun hal demikian belumlah sempurna bila dalam mendapatkan keuntungan di satu sisi, menimbulkan dampak atau kerugian di sisi lainya. Kasus Buyat yang sempat mengemuka di surat-surat kabar merupakan satu contoh dimana perusahaan harus juga menjaga lingkungannya agar tetap sehat, aman, dan memberikan incentive bagi lingkungan.

Incentive? Incentive dalam kamus oxford adalah "something that encourage action or effort", yang berarti sesuatu yang dapat memberikan rangsangan untuk maju dan berusaha. Contoh konkrit salah satunya adalah dengan memberdayakan usaha-usaha kecil yang dikelola oleh masyarakat seperti program Community Development. Tujuan dilakukannya program tersebut adalah agar masyarakat dapat mengelola usahanya dengan lebih baik, melalui pelatihan-pelatihan pemberdayaan, manajemen, pengoprasian peralatan-peralatan modern, sampai dengan menginvestasikan tenaga untuk bekerja sama dengan masyarakat membangun sarana atau prasarana yang dapat digunakan untuk kepentingan orang banyak.

Belakangan ini telah muncul sebuah trend baru khususnya di perusahaan perusahaan besar di Amerika. Pepatah bahwa barang siapa menanam benih, ia akan menuai hasilnya ternyata sampai juga ke negara yang biasa dijuluki Paman Sam tersebut. Hal tersebut dinamakan kedermawanan global, atau di Indonesia dikenal dengan nama Corporate Social Responsibility. Intel Corporation, salah satu contoh perusahaan komputer terkenal membangun balai komputer yang menyediakan akses internet dan pelatihan teknologi untuk anak-anak di 32 negara.

Pfizer Incorporate, salah satu perusahan farmasi terbesar didunia juga mempunyai program yang dinamai Global Health Fellows membuat program pelatihan dengan ikut menangani kesehatan publik di Uganda. Alasannya adalah dengan meningkatnya sentimen anti-amerika, maka tidak ada cara lain untuk mereka selain lebih proaktif memberikan incentive kepada masyarakat baik sekitar maupun di luar. Hal tersebut juga memiliki nilai tambah bagi perusahaan sebagai jaminan sosial di era dimana berita negatif sebuah perusahaan bisa beredar ke seluruh penjuru dalam sekejap. Inilah suatu bentuk usaha meningkatkan korporat image di mata lingkungan dan terutama pesaing, melunakkan serangan yang mungkin muncul terhadap reputasinya.

Kedermawanan meningkatkan kemungkinan untuk membuat pelanggan menganggap perusahaan adalah warga negara korporat yang baik. Selain CSR tersebut sebelumnya tanggung jawab korporat terhadap lingkungan telah di pelopori dengan program-program seperti system manajemen lingkungan, PROKASIH, PROPER, dan yang lebih dikenal dalam hal sertifikasi lingkungan internasional ISO 14000.

Lalu bila perusahaan melakukan tanggung-jawabnya terhadap lingkungan sekitar agar mendapatkan citra baik di masyarakat dan pelanggan, maka apa strategi kita agar memiliki citra baik di mata perusahaan?